Sampai saat ini, tentu banyak dari kita yang sudah pernah melihat, mendengar, atau bahkan mengikuti kampanye seputar keberlanjutan. Mungkin banyak juga dari kita yang sudah memulai gaya hidup ramah lingkungan, tapi pernahkah kita memikirkan komunitas yang hidup dekat dengan hutan? Komunitas ini tentunya berhadapan dengan tantangan yang sama tetapi dari lingkup yang berbeda, di mana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi salah satu ancaman terbesar.
Karhutla tidak hanya membahayakan hutan, tetapi juga masyarakat lokal. Inilah sebabnya peran masyarakat menjadi krusial dalam pelestarian hutan dan alam. Untuk membangun ekosistem yang produktif, keberadaan hutan yang keberlanjutan penting bagi komunitas untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan sosialnya. Pertanyaan yang terus muncul adalah bagaimana masyarakat lokal dapat mempertahankan mata pencaharian mereka, meningkatkan kualitas hidup mereka, tanpa membahayakan hutan?
Dari berbagai inisiatif untuk meningkatkan kualitas hidup komunitas yang tinggal di dalam hutan, Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas menginisiasi program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) untuk menjawab permasalahan seputar pembakaran lahan seraya meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Program DMPA meningkatkan kesadaran petani mengenai Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) dan memberikan bantuan serta pembinaan seputar system pertanian – mulai dari berbagai tanaman hortikultura, kompos, hingga madu.
Mari menilik karya dan usaha di balik budidaya lebah madu!
Perkembangan Budidaya Lebah Madu: Madu Akasia
Madu yang menjadi produk unggulan bagi masyarakat Jambi dikenal dengan jenis yang khas, yaitu madu akasia. Seperti madu pada umumnya, madu akasia juga memiki kegunaan sebagai produk konsumsi serta memiliki khasiat bagi kesehatan. Madu ini memiliki warna yang gelap dan aroma seperti bunga. Madu akasia ditemukan kaya akan antioksidan, salah satunya flavonoid. Menurut penelitian, bahan makanan yang memiliki kadar flavonoid tinggi dapat mengurangi risiko penyakit kronis.
Areal konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) menjadi tempat yang tepat untuk memulai usaha budidaya lebah madu karena banyaknya pohon akasia. Batang pohon Acacia crassicarpa merupakan bahan baku pembuatan kertas, sementara nektar bunganya menjadi sumber makanan dari lebah madu penghasil madu akasia, yakni lebah unggul jenis Apis mellifera. Menariknya, pohon Akasia carpa hanya dapat tumbuh di lahan gambut, sehingga adanya budidaya lebah madu mendukung partisipasi aktif masyarakat dalam konservasi gambut. Potensi inilah yang mendorong PT Wirakarya Sakti (WKS) sebagai salah satu unit usaha APP Sinar Mas untuk mulai berfokus pada budidaya lebah madu sebagai bagian dari program DMPA sejak tahun 2020.
Sebelum adanya program DMPA, masyarakat setempat masih memiliki ketergantungan tinggi terhadap hutan dan perkebunan sawit – di mana mereka masih terlibat dengan penebangan hutan serta pembakaran hutan dan lahan, hanya untuk memenuhi kebutuhan semata. Adanya alternatif untuk mengusahakan madu memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memulai usaha yang berkelanjutan sekaligus meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian hutan dengan mendorong berkembangnya usaha tani tanpa membakar lahan.
Lintas Generasi dalam Budidaya Lebah Madu
Semua orang bisa membudidayakan lebah madu – mulai dari petani muda hingga senior telah meraih buah manis dari usaha madu!
Mari berkenalan dengan Wanudin, seorang petani senior dalam budidaya lebah madu. Sebagai salah satu Petani Unggulan (Champion) yang menjadi role model bagi petani madu lainnya, volume penjualan madu akasia Wanudin telah mencapai angka 7 ton setiap bulannya. Sejak menjalankan budidaya lebah madu selama 2 tahun, omzetnya meningkat hingga 3 kali lipat. Pemasaran dari produknya pun telah meluas hingga Batam dan kini tengah memasuki pasar Singapura dan Malaysia.
Sejak bermitra dengan program DMPA PT WKS, Wanudin telah merasakan banyak perubahan ekonomi bagi dirinya dan juga kelompoknya. Kini kelompok tersebut tidak hanya fokus pada bagi hasil kemitraan, tetapi juga memiliki pendapatan lain dari budidaya lebah untuk membantu menopang pendapatannya.
Kita juga dapat melihat kisah Febri, petani GenZ yang tengah merintis usaha budidaya lebah madu. Mewarisi semangat dalam usahanya, Febri telah menyadari luasnya potensi dari produk madu dan memulai diversifikasi produk. Tidak hanya berfokus pada diversifikasi produk konsumsi, ia juga mendalami produk kosmetik hingga menjalankan agro eduwisata seputar madu dan lebah. Sejak menjalankan budidaya lebah madu, omzetnya pun telah meningkat hingga 2 kali lipat.
Hingga sekarang, jumlah masyarakat yang menjadi petani pembudidaya lebah madu telah meningkat hingga mencapai 539 kepala keluarga atau 15 kelompok. Hasil dari budidaya madu diketahui mencapai rata-rata 38.500 kg per bulan dengan penghasilan rata-rata setiap kepala keluarga petani sebesar Rp 3,9 juta per bulannya.
Kedua Petani Champion dengan semangat yang membara bagi budidaya lebah madu menjadi bukti akan bisnis madu akasia yang mendorong mereka untuk naik kelas – mulai dari kemampuan pribadi, potensi berkembang dalam komunitas, serta kemampuan berbisnis. Terlebih lagi, kita dapat melihat bahwa usaha budidaya lebah madu tidak mengenal batasan generasi.
DMPA & Gerakan Kemitraan Inklusif untuk UMKM Naik Kelas
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN Indonesia) menyelenggarakan Gerakan Kemitraan Inklusif untuk UMKM Naik Kelas yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada Senin, 3 Oktober 2022. APP Sinar Mas berkesempatan untuk menampilkan karya dari UMKM binaan program DMPA dengan mengundang Wanudin dan Febri untuk menampilkan produk madu akasia mereka sebagai produk unggulan.
Melalui dukungan dari pemerintah, besar harapan bagi UMKM Indonesia untuk dapat terus berkembang dan naik kelas. Model binaan yang dijalankan dalam program DMPA juga menggunakan sistem Ekosistem Kemitraan Inklusif yang dapat menghubungkan UMKM binaan dengan multi-stakeholder, seperti pemerintah, sektor swasta, dan pasar. Hal ini pun sejalan dengan program pemerintah melalui KADIN Indonesia yang meningkatkan program kemitraan strategis antara UMKM dengan usaha besar yang terintegrasi. UMKM yang berkelanjutan tidak hanya memberikan dampak positif bagi ekonomi negara, tetapi juga mendukung kelestarian alam.
Mari bersama kita menyongsong UMKM Indonesia untuk terus maju dan naik kelas.