Apa yang terlintas saat berbicara tentang gajah? Sebagian besar dari kita mengenal gajah yang merupakan hewan berbadan besar yang populasinya semakin menurun hari ke hari. Betul sekali. Faktanya, Gajah Sumatra merupakan mamalia terbesar di Indonesia yang memiliki berat mencapai hingga lima ton. Populasinya kian menurun seiring dengan berkurangnya habitat serta konflik antar manusia dan satwa yang sering terjadi. Mari, mengenal lebih dekat Gajah Sumatra dari tim konservasi Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas.
Imam Syafii merupakan seorang Forest Protection Head yang bekerja di dalam tim konservasi Gajah Sumatra di kawasan Giam Siak Kecil, Provinsi Riau. Imam sudah kurang lebih 30 tahun bekerja di divisi konservasi APP Sinar Mas. Ia bersama timnya bertanggung jawab untuk memastikan habitat Gajah tetap terjaga dan memitigasi konflik yang terjadi antara manusia dan satwa liar.
Menurut Imam, bekerja di bidang konservasi memang penuh tantangan, namun di balik itu ada tujuan mulia di mana ia bisa terjun langsung menjaga keseimbangan alam melalui pelestarian Gajah Sumatra ini. “Salah satu perannya gajah adalah karena memakan biji-bijian tanaman dan melalui kotoran hasil mencerna, bisa berfungsi untuk menebar biji dan membuat vegetasi beragam dapat tumbuh di hutan,” jelas Imam.
Banyak hal unik tentang gajah yang ia temui setelah puluhan tahun bekerja di bidang konservasi. Dari pengamatannya bersama tim, berikut adalah fakta-fakta unik tentang Gajah
● Gajah adalah hewan yang hidup berkelompok. Satu kelompok gajah berisikan kurang lebih 5-6 ekor dan dipimpin oleh seekor induk gajah betina;
● Setiap ekor gajah membutuhkan hingga sekitar 100kg makanan per harinya;
● Gajah memiliki ikatan kekeluargaan sangat erat dan termasuk salah satu hewan yang memiliki pola asuh terbaik. Induk gajah mengandung anaknya selama hingga 22 bulan dan mengasuh anaknya hingga berumur sekitar 18 bulan;
● Gajah tinggal di habitat yang sama bersamaan dengan kelompok mereka masing-masing
● Gajah akan mewarisi jalur yang dipakai permanen untuk mencari makan dan berkembang biak. Setiap anak gajah akan dibawa mengembara oleh induknya dan jalur pengembaraan itu akan diingat oleh sang anak gajah sampai ia dewasa;
● Selain menyusui dan mengajak anaknya untuk mengembara, induk gajah akan mengajari anaknya melindungi diri dari predator, mencari jalur aman dari struktur tanah atau landskap yang curam, serta mengajari anak gajah memilih tumbuhan/tanaman yang bisa menjadi makanan pokok.
Imam bercerita bahwa persepi masyarakat terhadap gajah masih sangat beragam. Ada kelompok masyarakat menjadikan gajah Datuk atau hewan yang dihormati, namun tak sedikit juga yang menganggap gajah adalah hama. “Peran saya dan tim adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa gajah termasuk hewan yang dilindungi. Melalui program konservasi yang ada, kami melakukan pelatihan untuk masyarakat agar mereka paham bahwa gajah berperan besar dalam ekosistem dan bahwa kita bisa hidup saling berdampingan, berbagi ruang hidup di lanskap yang sama,” katanya.
APP Sinar Mas melalui tim konservasi, terus berkomitmen untuk perlindungan dan konservasi satwa liar. Salah satu upaya perlindungan gajah Sumatra di kawasan Ogan Komering Ilir (OKI) membuahkan hasil baik, di mana terdapat sekitar enam hingga tujuh kelompok gajah atau kurang lebih 120-140 ekor gajah dapat hidup di sekitar area pemasok. Strategi lainnya adalah melalui pembuatan koridor fisik dan fungsional--dengan menyisakan kawasan hutan produksi untuk kawasan lindung, serta pengelolaan alih fungsi lahan agar gajah dapat tetap lewat di jalurnya masing-masing dan memiliki stok makanan yang cukup dengan menjaga kembang biak jenis tumbuh-tumbuhan.