Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional, Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas berbincang dengan tiga sosok perempuan insipiratif yang berdampak dalam perannya masing-masing. Yohana Kurniawan kini menjabat sebagai Head of HR Technology di APP Sinar Mas. Simak pandangan Yohana mengenai pentingnya pantang menyerah dalam melakukan sesuatu dan bagaimana ia bersama tim nya berkolaborasi membuat transformasi digital di perusahaan.
Bagaimana keseharian Anda bekerja sebagai seorang Head of HR Technology?
Sebagai seorang pimpinan, saya bertanggung jawab untuk mewujudkan transformasi digital. Setiap hari saya kolaborasi antar tim dan divisi untuk pelan-pelan mengautomatisasikan sejumlah sistem yang ada. Alurnya adalah seperti ini, saya dan tim awalnya memetakan kebutuhan user dari seluruh departemen HR. Kami berkolaborasi dengan tim Corporate Information Technology (CIT) yang membantu mengaplikasikan sistem tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing departemen. Setelah sistem tersebut jalan, kembali lagi ke divisi kami yang membantu memecahkan masalah bersama dengan tim CIT.
Menarik sekali, karena saya bisa membayangkan bahwa tidak mudah untuk melakukan transformasi digital di skala perusahaan yang sangat besar seperti APP Sinar Mas ini. Apa yang membuat transformasi ini penting untuk dilakukan?
Hehe memang tidak bisa bohong pasti ini adalah perubahan masif, ya. Beberapa teknologi yang sudah puluhan tahun masih ada yang dipakai dan sudah tidak relevan. Kita harus lihat perkembangan zaman, di mana dari segi manajemen memerlukan basis data yang baik untuk membuat keputusan. Itu kenapa sistem yang baik itu dan mumpuni sangat penting untuk mengolah seluruh data secara efektif. Skala perusahaan kita ini sangat besar, tidak mungkin kita kelola tanpa sistem. Upaya transformasi ini mulai kencang dijalankan di 2019. Kita mulai coba aplikasikan sistem mobile pertama kali dan feedback nya positif. Karyawan juga merasakan kemudahan mengurus administrasi karena sudah bisa self-service. Pada intinya, tujuan saya adalah bagaimana tim ini bisa membantu membenahi sistem, mengembangkan automatisasinya, sehingga bisa secepatnya menghasilkan perbaikan.
Apakah berarti sedari awal Anda sudah tertarik dengan teknologi informasi (IT), berurusan dengan sistem, dan sebagainya?
Saya sebetulnya lulusan Teknik Kimia dan meskipun banting setir memulai karier di dunia IT pada awalnya, menurut saya konsep berpikir dan logikanya hampir mirip dan menuntut saya menjadi seorang pemecah masalah yang inovatif. Semuanya itu bicara tentang membuat alur dari input, process, dan output bisa berjalan baik dan selaras. Pembedanya memang kalau di bidang IT kan saya perlu belajar kemampuan teknisnya. Setelah itu, saya tertarik sekali bahwa dengan kemampuan ini bisa bantu melahirkan solusi dari suatu masalah. Ibarat menyusun puzzle, saya perlu cari tahu terus bentuk dan warna yang tepat. Nah, sejak pindah ke HR technology saya jadi lebih leluasa melakukan itu. Tidak hanya perlu sistem yang baik, tapi juga harus memastikan prosesnya sehingga hasil (output) bisa diterima dengan baik dan menjawab kebutuhan.
Berbicara mengenai teknologi, masih ada pandangan di masyarakat bahwa bidang pekerjaan ini untuk laki-laki. Selain itu, Anda juga bekerja di bidang usaha manufaktur. Padahal, nyatanya kemampuan seseorang tidak bisa lagi terkotak-kotakan gender atau perbedaan lainnya. Mendengar langsung cerita Anda, malah sebetulnya justru mematahkan stigma tersebut. Bagiamana dengan lingkungan Anda sendiri? Pernahkah Anda melihat atau bahkan mungkin menjadi ‘korban’ dari pandangan bias tersebut?
Setuju dengan fakta bahwa beberapa pekerjaan dan bidang tertentu masih sedikit keterwakilan perempuannya. Tapi bukan berarti perempuan tidak bisa. Menurut saya, selama ada kemauan dan semangat juang berarti tidak ada yang tidak mungkin. Meskipun memang ada pandangan seperti itu terhadap perempuan tapi biasanya saya tidak peduli hehe karena saya tahu apa yang saya perjuangkan ini adalah yang saya betul-betul mau. Bahwa transformasi ini perlu dilakukan agar hasilnya bisa dinikmati secepat mungkin oleh seluruh pemangku kepentingan. Kalau memang ada keterbatasan atau hal lain yang belum paham, saya akan tanya kepada yang sudah mahir. Kemudian saya buktikan dengan apa yang kami kerjakan dan nantinya juga dari hasilnya akan terlihat.
Sangat luar biasa, semoga perjuangan dan upaya yang dilakukan Anda bersama tim bisa kita nikmati bersama, ya. Beralih ke pandangan orang-orang sekitar mengenai Anda yang aktif berkarir. Bagaimana bentuk dukungan mereka atau sempat ada kendala kah? Bagaimana Anda mengatasinya?
Bersyukurnya meskipun saya sekarang sudah berkeluarga dan punya anak, tapi sejauh ini mereka mendukung apa yang saya kerjakan. Saya bagi tugas dengan suami untuk menjaga keluarga dan selalu menjaga agar komunikasi kita tetap lancar. Saya sadar juga peran saya di rumah untuk mengurus keluarga tidak boleh disepelekan, karena mau bagaimana pun tetap saya adalah seorang istri dan ibu. Meskipun memang resikonya saya tidak bisa penuh menemani anak saya belajar, tapi pelan-pelan saya ajari dia untuk mandiri. Kebetulan sekarang kita dimudahkan dengan akses informasi yang lebih mudah, jadi saya juga terbantu.
Apakah ada yang ingin disampaikan untuk para perempuan yang masih ragu untuk mewujudkan keinginannya karena takut akan keterbatasan yang ada, serta untuk pihak yang masih stereotip dengan perempuan yang bekerja?
Pesan untuk sesama perempuan, kita bisa mulai dari menentukan tujuan-tujuan kecil untuk meraih yang lebih besar nantinya. Jangan takut mencoba hal baru karena pengalaman adalah guru terbaik. Semoga kita bisa terus semakin membuka hati dan pikiran bahwa sudah bukan waktunya membatasi kemampuan atau kesempatan yang berhak didapatkan orang lain. Saya adalah orang yang sangat percaya dengan perubahan itu pasti, sehingga sebagai manusia kita perlu selalu beradaptasi. Saya harap semakin banyak juga perempuan yang semakin terbuka dan berani mengambil kesempatan yang ada. Penting untuk berani mulai, karena kita tidak pernah benar-benar tahu sebelum mencobanya.