Pengelolaan industri biji kertas (pulp), kertas, cetak dan kemasan menjadi perhatian selama 20 tahun belakangan ini berkaitan dengan isu perubahan iklim. Liz Wilks adalah salah satu sosok di balik Asia Pulp and Paper (APP) Sinar Mas yang berkontribusi dalam memastikan setiap proses industrinya tetap berkomitmen pada prinsip berkelanjutan. Liz adalah European Director for Sustainability and Stakeholder Engagement yang menginisiasi kerjasama secara global, mengembangkan strategi keberlanjutan serta standarisasi pengelolaan hutan yang berdampak positif bagi perubahan iklim.
Liz memulai karirnya di salah satu distributor pengemasan terbesar Eropa, Wiggins Teape yang sekarang berganti nama menjadi Antalis. Di kala itu Industri pengemasan tengah menjadi perbincangan terkait dampaknya terhadap lingkungan. Saat itulah, Liz tertarik mencari tahu bagaimana perusahaan dapat berkontribusi terhadap lingkungan. Ia kemudian bergabung ke dalam komite penasihat yang membuatnya menyadari peluang kerjasama antar perusahaan dalam industri ini hingga terbentuklah standarisasi untuk produk kemasan atau yang biasa dikenal dengan Global Packaging Standard. Tak lama setelah itu, Liz juga terlibat dalam pembentukan Standar Kehutanan Internasional, Sertifikasi Pengelolaan Hutan (FSC) dan Program Persetujuan Sertifikasi Hutan (PEFC), dimana keseluruhannya berhubungan dengan tata cara pengelolaan hutan secara internasional.
Liz kemudian melanjutkan pengembangan strategi keberlanjutan global untuk Antalis. Strateginya bahkan berhasil menjadi patokan untuk perusahaan lainnya karena merupakan perusahaan pertama yang mampu menerapkan standar ganda FSC dan PEFC.
Liz percaya bahwa masih ada banyak hal yang bisa dilakukannya, hal itu diperkuat setelah perjalan pribadinya mendaki Himalaya dan bertemu suku Bedouin di Mesir. Perjalanan ini membuatnya menyadari pentingnya terus memperhatikan lingkungan dan alam. Meskipun Eropa berhasil melakukan ini namun hal tersebut belum bisa diterapkan di bagian dunia lainnya terutama di kawasan Asia Tenggara. Liz berpendapat bahwa sektor industri pulp, kertas, percetakan dan pengemasan di level global perlu bersatu bersama untuk menjembatani kesenjangan yang ada antara Eropa dan Asia Tenggara. Oleh karena itu, Liz memutuskan untuk bergabung bersama APP, sebagai salah satu industri pulp, kertas dan kemasan global terbesar yang berlokasi di Asia Tenggara.
Pengaturan sektor kehutanan di Indonesia merupakan hal kompleks yang perlu dipahami dan dikomunikasikan secara global. Di beberapa tahun terakhir ini, Liz terlibat dalam pembahasan mengenai komitmen dan kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan APP, seperti misalnya terkait komitmen bebas deforestasi di tahun 2015 serta kerjasama dengan Uni Eropa.
Di awal karirnya, Liz tidak menyangka bahwa manajemen hutan yang baik dan keberlangsungan hidup masyarakat sekitar merupakan faktor penting dalam industri kertas, cetak dan kemasan. Meski awalnya tak berminat namun Minat terhadap industri ini pun berubah seiring dengan kesadaran banyak orang mengenai pentingnya isu perubahan iklim, sehingga perlu mengetahui bagaimana dan darimana sebuah produk berasal. Sebagai perempuan yang aktif di dalam industri ini, Liz yakin bahwa ia memiliki kemampuan untuk memberikan dampak pada sekitarnya, bagaimana kemampuan mengatasi masalah, serta kemampuan untuk bekerja sama baik dengan banyak pihak. Ia percaya bahwa nilai, tujuan, dan hasrat sama pentingnya dengan kemampuan dan pengetahuan seseorang untuk bisa memberikan dampak positif terhadap perusahaan dan industri dimana orang tersebut berada.
Ibu dua anak ini selalu bersemangat ketika membagikan kisah dan pengetahuannya di industri ini. Selain menjalankan peran pentingnya di APP, Liz juga merupakan mentor dari tim edie-media yang berfokus pada isu keberlanjutan. Melalui edie, Liz semakin mampu menginspirasi generasi muda, khususnya perempuan, untuk memperhatikan faktor keberlanjutan di industrinya masing-masing. Liz juga merupakan penasehat dan profesor di bidang keberlanjutan dan manajemen rantai suplai global di Universitas West of England, Bristol, Inggris.