Aset Penerbit

null Poin Utama APP di COP29: Mendorong Kolaborasi untuk Iklim dan Keberlanjutan

Poin Utama APP di COP29: Mendorong Kolaborasi untuk Iklim dan Keberlanjutan

COP29 di Baku, Azerbaijan, menandai momen penting dalam aksi iklim global dengan diadopsinya standar internasional untuk kredit karbon di bawah Pasal 6.4 Perjanjian Paris. Tonggak ini adalah langkah signifikan menuju pengembangan pasar karbon terpusat, yang dirancang untuk mengarahkan sumber daya penting ke negara-negara berkembang sambil mempercepat upaya iklim global.

Berfokus pada pembiayaan iklim, acara ini melibatkan hampir 200 negara. APP Group menyelenggarakan tiga sesi yang menyoroti aspek-aspek kunci dari strategi iklim Indonesia, berbagi wawasan dari inisiatif keberlanjutannya, dan mengadvokasi kemitraan multi-pemangku kepentingan untuk mendorong kemajuan lingkungan yang signifikan.

Berikut adalah poin-poin penting dari acara ini untuk membimbing upaya keberlanjutan global.

1. Kemitraan adalah fondasi kemajuan

Pada 13 November, Elim Sritaba, Chief Sustainability Officer APP, bersama Ir. Noer Adi Wardojo dari Direktorat Pengendalian Perubahan Iklim, membuka sesi pertama bertajuk “Berkolaborasi untuk Aksi Iklim dan Mendorong Kemajuan Berkelanjutan” dengan menekankan kekuatan kemitraan dalam mencapai tujuan iklim. Berdasarkan inisiatif APP—seperti investasi dalam energi terbarukan, efisiensi air, dan program komunitas—Elim menyoroti bagaimana kontribusi sektor swasta dapat menciptakan dampak yang berskala besar dan berkelanjutan.

Panel membahas strategi untuk menyelaraskan upaya keberlanjutan perusahaan dengan kerangka kerja internasional, dengan fokus pada inklusivitas dan akuntabilitas. Mereka mengeksplorasi bagaimana sektor swasta dapat membantu mewujudkan komitmen iklim menjadi hasil nyata.

Elim menjelaskan pendekatan APP terhadap keberlanjutan melalui Sustainability Roadmap Vision 2030, yang dibangun di atas tiga pilar utama:

  • Dekarbonisasi produksi dengan target mencapai emisi nol bersih pada 2050,
  • Implementasi pengelolaan hutan berkelanjutan, dan
  • Pemberdayaan komunitas melalui program seperti DMPA yang diluncurkan pada 2015.

Elim menekankan pentingnya investasi substansial, termasuk hampir 200 juta USD untuk manajemen kebakaran hutan terpadu dan 10 juta USD untuk program komunitas yang mendukung 441 desa. Menyoroti peran kolaborasi, Elim menyatakan, “Kami tidak bisa menghadapi semua tantangan sendirian, jadi kami berkolaborasi dengan mitra ahli untuk memitigasi risiko dan mendorong dampak yang berarti,” menegaskan pentingnya kemitraan untuk mencapai tujuan iklim dan keberlanjutan bersama.

2. Terobosan dalam pembiayaan iklim

Dalam sesi kedua bertajuk “Berinvestasi untuk Masa Depan Hijau Melalui Transisi Energi”, Elim, bersama Geoffrey Seeto dari New Forests, Dharsono Hartono dari Kadin Indonesia, dan Clea Kaske-Kuck dari WBCSD, mengeksplorasi tantangan kebijakan dan pembiayaan dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon, khususnya di Indonesia. Diskusi ini menekankan perlunya solusi pembiayaan inovatif seperti green bonds dan pembiayaan iklim untuk mendorong dekarbonisasi dengan tetap mengedepankan inklusivitas.

Elim memaparkan pendekatan APP dalam memobilisasi sumber daya untuk transisi energi berkelanjutan, menyoroti peran penting kemitraan antara pemerintah, bisnis, dan lembaga keuangan. Ia menyatakan bahwa dekarbonisasi bukan hanya target, tetapi tanggung jawab kolektif yang membutuhkan investasi berani dan tindakan yang terkoordinasi. Sesi ini memberikan wawasan praktis bagi para pemangku kepentingan, mulai dari rekomendasi kebijakan hingga strategi untuk meningkatkan investasi hijau.

3. Alam sebagai solusi utama ketahanan iklim

Jasmine Prihartini Doloksaribu, Head of Landscape Conservation & Environment APP, memimpin sesi tentang konservasi mangrove, menyoroti peran penting ekosistem ini dalam mengatasi perubahan iklim dan meningkatkan ketahanan pesisir. Ia didampingi oleh para ahli, termasuk Wening Wulandari dari Pusat Standardisasi Instrumen Pengelolaan Hutan Berkelanjutan, Natalia Rialucky dari Fairatmos, dan Vinay Singh dari IUCN.

“Mangrove bukan hanya penyerap karbon—mereka adalah penyelamat bagi komunitas pesisir,” jelas Jasmine, menekankan dampak lingkungan dan sosial ganda dari inisiatif ini.

Jalan hijau ke depan

Diskusi utama di COP29 menekankan pentingnya aksi kolektif dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan. Dari memajukan pembiayaan iklim hingga solusi pendanaan inovatif dan strategi berbasis alam, acara ini menyoroti bagaimana kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk mendorong kemajuan nyata.

APP bangga berada di garis depan upaya ini, bekerja secara berkelanjutan untuk membangun masa depan yang lebih hijau, inklusif, dan tangguh bagi semua.

Terkait Aset

Related Stories