Jakarta, 27 November 2020 - Hari Menanam Pohon Indonesia yang akan jatuh pada tanggal 28 November setiap tahunnya dapat dijadikan momentum bagi berbagai pihak untuk menilik kembali upaya pelestarian dan penyelamatan ekosistem hutan, termasuk mangrove. Pasalnya, keberadaan hutan mangrove merupakan kunci dari keseimbangan ekologi lingkungan perairan dan keberlangsungan ekonomi lokal.
Selain berperan penting dalam menjaga kehidupan organisme akuatik laut yang dapat dimanfaatkan nelayan tradisional, hutan mangrove atau yang juga umum disebut hutan bakau di Indonesia juga berpotensi memainkan peran penting dalam strategi mitigasi perubahan iklim di tingkat nasional maupun global. Tiap hektar hutan mangrove, mengandung cadangan karbon 3-5 kali lebih banyak dibandingkan dengan hutan dataran rendah. Total cadangan karbon yang tersimpan di hutan mangrove Indonesia diperkirakan mencapai 3,14 miliar ton.
Namun sayangnya, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa sekitar 1,8 juta hektar dari total 3,5 juta hektar hutan mangrove di Indonesia telah rusak akibat alih fungsi kawasan. Kerusakan yang telah mencapai lebih dari setengah luasan ekosistem ini memerlukan kerja sama serius dari banyak pihak untuk pemulihannya. Menanggapi hal ini, KLHK bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan pihak swasta berkomitmen untuk melakukan rehabilitasi dan konservasi hutan mangrove di berbagai lokasi pesisir pantai.
Menurut pemaparan KLHK, Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan penyelamatan ekosistem mangrove, yakni pembentukan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE), rehabilitasi, dan konservasi hutan mangrove. “Kebijakan-kebijakan tersebut memiliki nilai strategis dalam upaya pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC). Pencegahan degradasi dan deforestasi dari hutan mangrove terhitung dapat menyumbang penurunan emisi sebesar 107,3 hingga 455,2 ton CO2/ha,” ujar Peneliti Senior Pusat Penelitian Pengembangan Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim (P3SEKPI) KLHK Dr. Yanto Rochmayanto.
Meski demikian, penyelamatan ekosistem mangrove menyimpan tantangannya tersendiri. Salah satunya adalah masih maraknya perambahan dan konversi hutan mangrove menjadi tambak ikan atau udang. Menurut penjelasan Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Alam Nusantara Herlina Hartanto, “Upaya rehabilitasi dan konservasi ekosistem mangrove di Indonesia dihadapkan pada beberapa tantangan. Tantangan tersebut perlu dihadapi dengan data ilmiah yang akurat dalam merancang rencana konservasi dan restorasi yang baik, kebijakan yang dapat mendukung pengelolaan ekosistem mangrove secara terpadu, pendanaan yang memadai, dan kerja sama para pihak yang lebih kuat.”
Menjawab tantangan tersebut, APP Sinar Mas menjadi salah satu dari empat perusahaan yang bermitra dengan YKAN, mendukung penuh upaya penyelamatan hutan mangrove. Tercatat, APP Sinar Mas telah berkomitmen mendonasikan sejumlah USD 300.000 atau berkisar 4,3 miliar rupiah, untuk kerja sama lima tahun dengan Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA). Program yang diinisiasi oleh YKAN ini mencakup upaya restorasi 500 hektar hutan mangrove di Muara Angke, Muara Gembong, dan Muara Cisadane. Tidak hanya itu, APP Sinar Mas melalui program MERA dan bekerja sama dengan YKAN juga akan memperluas upaya konservasi ke areal hutan mangrove di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan lewat program pengelolaan wilayah pesisir timur pada tahun 2021 mendatang.
Rekam jejak APP Sinar Mas terkait upaya konservasi hutan mangrove juga telah berlangsung lama. Sejak tahun 2010, Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP) Serang, salah satu unit bisnis APP Sinar Mas, bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten dan dibantu oleh LSM lokal, menanam 110.000 batang pohon mangrove dengan luas 11 hektar di Tirtayasa, Pontang, dan Tanara Kabupaten Serang. Kemudian, sepanjang tahun 2018-2020, IKPP Tangerang di Mauk juga menanam 65.000 bibit mangrove di kawasan Mangrove Center Tanjung Pasir Teluknaga serta bekerja sama dengan kelompok petani mangrove setempat dan Pemkab Tangerang dalam perawatan bibit mangrove.
Upaya penyelamatan ekosistem mangrove membutuhkan dukungan dari banyak pihak, termasuk sektor swasta. “Konservasi hutan mangrove memerlukan upaya kolektif berbagai pihak. Kami memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada empat perusahaan mitra MERA, yaitu APP Sinar Mas, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk, PT Chevron Pacific Indonesia, dan PT Djarum yang telah mendukung konservasi dan restorasi ekosistem mangrove. Kami juga berharap agar kemitraan yang terbangun saat ini dapat menginspirasi, merangkul, dan menyatukan lebih banyak perusahaan dan pihak lain di Indonesia,” jelas Herlina.
Tata kelola mangrove di Indonesia telah dilakukan secara kolaboratif oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, NGO dan sektor swasta, terutama dalam hal penyediaan iptek serta inovasi untuk kelestarian mangrove maupun kesejahteraan masyarakat pesisir. Dr. Yanto Rochmayanto menambahkan, “Pemerintah mengapresiasi para pihak yang telah bekerja secara komplementer dalam perlindungan dan konservasi ekosistem mangrove. Pola ini sangat baik untuk diteruskan dan diperluas.”
Menurut Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas Elim Sritaba, keberhasilan kolaborasi program konservasi hutan mangrove merupakan bagian dari pemenuhan visi keberlanjutan APP Sinar Mas. “Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan, kami memahami pentingnya perlindungan dan pelestarian alam untuk keberlanjutan sumber dayanya. Kami berharap, kerja sama APP Sinar Mas dengan lembaga-lembaga terkait akan semakin kuat ke depannya, sehingga dapat memberikan lebih banyak kontribusi untuk mitigasi perubahan iklim dengan menjaga cadangan karbon dalam ekosistem mangrove,” tutup Elim.