Rudi adalah salah satu tim konservasi Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas yang bertanggung jawab di region Riau. Rudi bergabung bersama tim Forest Sustainability and HSE Department sejak tahun 2010. Ia bertanggung jawab untuk memastikan terjaganya keseimbangan flora dan fauna, patroli kawasan lindung, serta memantau keberadaan dan pola aktivitas satwa liar melalui jejak kaki, jejak kotoran/feses, serta bekas cakar. Rudi bercerita, pada satu kesempatan, bahkan pernah bertemu langsung dengan Harimau Sumatra dari jarak dekat.
Untuk memastikan manusia dan satwa dapat saling berbagi ruang hidup di lanskap yang sama, Rudi bersama enam rekan lainnya di dalam tim konservasi bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Selain itu ia juga bekerja sama dengan organisasi lain yang berfokus pada konservasi satwa liar dalam mitigasi konflik satwa liar yang terjadi di sekitar area konsesi, termasuk konflik manusia-harimau. Salah satu kegiatan yang dilakukan tim adalah operasi penyisiran jerat dengan para pemangku kepentingan untuk membersihkan jerat yang dapat membahayakan spesies kunci di kawasan tersebut.
"Selain menerapkan SOP mitigasi konflik antara satwa dan manusia, kami mengedukasi rutin dan juga harus tetap tenang apabila terjadi perjumpaan dengan harimau, karena itu jurus ampuh agar harimau tidak agresif. Memang resikonya cukup tinggi, tapi karena dasarnya ingin melindungi keberadaan satwa yang dilindungi dan terancam punah, saya dan tim berusaha semaksimal mungkin melakukan pekerjaan mulia ini," ungkap Rudi.
Rudi bercerita selama berkarir di bidang konservasi terutama pada Harimau Sumatra, ia belajar banyak mengenai si kucing besar ini dari keunikan, pola perilaku dan habitatnya. Berikut ini yang ia pelajari dan temukan:
· Dari hasil perangkap kamera, dalam kondisi normal, puncak aktivitas Harimau Sumatra terjadi saat menjelang pagi dan sore. Tentunya tergantung dengan situasi dan kondisi harimau tersebut dari kesehatannya, habitat dan kesediaan makanan;
· Seperti halnya sidik jari manusia, setiap harimau memiliki pola loreng unik dan berbeda satu sama lainnya. Melalui pemantauan dari kamera perangkap, dapat terlihat motif loreng yang dimiliki harimau yang berfungsi untuk mengidentifikasi setiap individu dan menghitung populasi di sekitar area konsesi;
· Sebagai pemangsa utama dalam rantai makanan, harimau mengendalikan populasi hewan lain yang menjadi mangsanya. Mereka membantu menjaga keseimbangan antara hewan mangsa dan vegetasi hutan, serta membantu petani mengurangi hama tanaman yang mengganggu ladang masyarakat;
· Harimau bersifat elusif yang cenderung menghindari manusia;
· Harimau Sumatra merupakan hewan soliter, pengecualiaan saat perkembangbiakan dan saat induk memelihara anak-anaknya. Biasanya mereka menandai ruang mereka sendiri yang menjadi wilayah miliknya;
· Harimau memiliki indera penglihatan dan pendengaran yang tajam;
· Tiga kebutuhan dasar dalam habitat harimau yaitu, shelter, ketersediaan hewan mangsa yang cukup dan sumber air.
Rudi menambahkan, meski awalnya takut dengan harimau, namun melalui pengalamannya mendampingi LSM dan peneliti dalam mengidentifikasi dan mempelajari aktivitas serta perilaku harimau, ia jatuh cinta pada Harimau Sumatra. Ia juga bangga bisa menjadi bagian dalam dalam tim yang melindungi spesies kunci yang terancam punah. “Melestarikan satwa langka, termasuk harimau, adalah hal yang sangat penting karena terkait dengan keseimbangan ekosistem. Selain itu, saya berharap upaya ini juga memastikan bahwa generasi mendatang dapat menikmati alam dan spesies luar biasa yang hidup di dalamnya,” jelas Rudi.
APP Sinar Mas melalui tim konservasi, terus berkomitmen untuk perlindungan dan konservasi satwa liar. Dengan kolaborasi, edukasi, riset, pemantauan, serta perlindungan tingkat tapak, APP Sinar Mas berupaya meningkatkan habitat harimau untuk mencapai tingkat populasi yang layak dan menghindari ancaman kepunahan lokal.
Selain itu, tim lapangan juga melakukan pendekatan kepada pekerja dan masyarakat setempat dengan melakukan kegiatan pendidikan dan penyadartahuan rutin akan konservasi Harimau Sumatra. Alhasil, berdasarkan data sejak 2013, rata-rata lima ekor anak harimau lahir di wilayah konsesi pemasok setiap tahun dan hal ini menunjukkan bahwa area konsesi dapat menyediakan lingkungan yang aman untuk berkembang biak.