PALEMBANG – Pasca kejadian kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 yang menimbulkan dampak kerugian yang besar, Presiden Joko Widodo dalam arahannya senantiasa menekankan agar dalam pengendalian karhutla selalu mengedepankan aspek pencegahan dan meningkatkan sinergitas para pihak, terutama di daerah rawan kebakaran.
Salah satu pencegahan karhutla sejak dini, yakni dengan melaksanakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), terutama di lahan darat dan gambut yang berpotensi mudah terbakar di tengah ancaman hotspot yang tersebar di Sumsel-Jambi.
Di Pulau Sumatra sendiri, sebagian Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jambi adalah kawasan yang rawan karhutla, terlebih banyaknya lahan gambut yang rentan terbakar di saat kekeringan melanda.
Untuk melaksanakan TMC sejak dini, KLHK didukung oleh berbagai instansi dan stakeholder terkait, turut hadir dalam Pembukaan Kegiatan TMC Provinsi Sumsel dan Jambi, di Lanud Sri Mulyono Herlambang Palembang, Senin (23/5/2022) pagi.
Acara ini diantaranya dihadiri oleh perwakilan dari TNI Angkatan Udara (AU), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel-Jambi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Sumatera, Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) serta APP Sinar Mas dan unit usahanya.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL), diwakili oleh Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera, Ferdian Krisnanto, dalam sambutannya mengungkapkan luasan kebakaran di Sumatera Selatan mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya pada periode Januari-April.
“Tahun ini, kejadian karhutla di Sumatera Selatan terjadi agak unik karena dimulai dari Muratara, OKU, dan Pali. Kita sudah melakukan antisipasi agar tidak terjadi karhutla, juga upaya pemadaman pada lokasi yang terbakar. Di Riau operasi TMC sudah dimulai sejak bulan kemarin dengan penambahan curah hujan sebanyak 15%,” ungkap Ferdi.
Selain melakukan TMC dari udara, lanjut Ferdian, pengawalan di lahan juga harus diperkuat, yakni dengan memastikan gambut dan air gambut tetap basah dan lembab. Apalagi saat ini masih ada potensi hujan.
Ferdi menjelaskan, mulai tahun 2020 operasi TMC dijadikan salah satu solusi permanen pencegahan karhutla selain patroli dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Operasi TMC dilakukan dengan tujuan untuk membasahi lahan gambut agar terjaga kelembabannya, menjaga tinggi muka air tetap stabil sehingga tidak mudah terbakar.
“Operasi TMC juga dilakukan untuk mengisi kanal-kanal, embung dan kolam-kolam retensi areal guna mencegah kebakaran terutama di lahan gambut yang sering mengalami kebakaran setiap tahun,” ungkap Ferdian.
“Operasi TMC rencana akan dilaksanakan selama 15 hari dengan dukungan dari PT. Wirakarya Sakti (Sinar Mas Forestry). Hari ini kita memulai sesuatu dengan baik, berproses dengan baik, dan semoga memperoleh hasil yang terbaik dan bermanfaat,” tutup Ferdian.
Sementara itu, Kepala BPBD Sumsel Iriansyah mengatakan, Sumsel menjadi satu daerah rawan karhutla. Ada luasan lahan gambut di Sumsel terutama di Kabupaten Ogan Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI), Musi Banyuasin (Muba), Banyuasin dan beberapa kabupaten lainnya yang berpotensi terbakar.
Dari pengalaman karhutla di tahun 2015 di Sumsel-Jambi, karhutla jadi isu nasional hingga internasional, terutama karena kabut asapnya. Akhirnya, Presiden Joko Widodo menginstruksikan untuk pencegahan karhutla, salah satunya dengan pembasahan lahan.
“Kalau lahan kecil, mudah dibasahkan. Tapi jika luas, perlu TMC untuk membasahi lahan seluas itu. Perlu kerjasama dengan semua pihak. TMC sangat dibutuhkan untuk pembasahan lahan, terutama gambut. Jika gambut terbakar dan sulit air, akan repot memasukkan pemadaman. Sehingga perlu pembasahan dini,” katanya, dalam rapat persiapan TMC Sumsel-Jambi.
Jika karhutla terjadi di Sumsel, hal tersebut akan menjadi ancaman nasional. Untuk itu, pihaknya berterima kasih dengan Gubernur Sumsel Herman Deru, yang sudah menetapkan status Siaga Darurat Karhutla, per tanggal 19 April 2022 hingga 30 November 2022 mendatang.
Kepala BPBD Jambi Bachyuni Deliansyah juga menambahkan, pencegahan dan penanganan karhutla di Provinsi Jambi turut menjadi perhatian serius dari pihaknya dan pemerintah daerah setempat. Terlebih ada banyak lahan gambut yang hingga kini masih dimonitoring, agar tak terjadi kekeringan sehingga berpotensi besar terjadi kebakaran.
“Operasi TMC memang menjadi solusi terbaik dalam pencegahan dini karhutla. Jika sudah terbakar terutama di kawasan lahan gambut, akan sulit untuk memadamkannya. Karena itu, harus ada pembasahan di awal. Jika nanti terjadi kebakaran, tidak akan menyebar ke lahan gambut,” katanya.
Kerjasama dari banyak pihak juga dirasakannya, sangat maksimal untuk pencegahan karhutla. Terlebih di dua tahun terakhir, kolaborasi yang apik antarsemua instansi dan stakeholder, membuat angka karhutla di Jambi bisa ditekan seminimalnya.
Dukungan APP Sinar Mas
Operasi TMC untuk pencegahan dini karhutla terutama di lahan gambut di Sumsel-Jambi turut didukung oleh APP Sinar Mas, melalui unit usahanya PT Wirakarya Sakti (WKS). Terutama di dua tahun terakhir, APP Sinar Mas-WKS turut berkontribusi dalam operasi TMC, sehingga jumlah hotspot di Sumsel-Jambi bisa diminimalisir.
Menurut Direktur PT WKS Agus Wahyudi, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada pemerintah, yakni KLHK, BRIN, BNPB dan instansi terkait, yang telah mengajak bersama-sama melaksanakan penerapan TMC di Sumsel-Jambi tahun 2022.
Di samping upaya melalui TMC tersebut, APP Sinar Mas dan unit usahanya, terus berkomitmen untuk melakukan upaya pencegahan karhutla, baik di dalam dan di luar kawasan perusahaan. Yakni dengan mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana, serta program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
“Di lapangan, kami baik di Sumsel-Jambi mendukung TMC, data dan informasi teraktual di lapangan, akan kami sediakan, yang bisa diperoleh di sekitar areal kami. Rekan-rekan di Sumsel-Jambi, siap mendukung kebutuhan data yang diperlukan. TMC ini akan dilaksanakan selama 15 hari, rencananya akan dimulai hari Selasa (24/5/2022),” ucapnya.
Sementara itu, Sekjen Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Purwadi Soeprihanto mengungkapkan, seluruh pihak harus bekerja keras dalam rangka minimalisir dan pencegahan karhutla di tahun 2022. Dia juga berterima kasih dengan APP Sinar Mas dalam dua tahun terakhir, aktif berpartisipasi dalam kegiatan TMC. Terutama di provinsi yang rentan terhadap karhutla, yakni di Sumsel, Jambi, dan Riau.
“Dukungan dari APP Sinar Mas-PT WKS dalam beberapa tahun terakhir ini, merupakan bagian dari kontribusi sektor usaha kehutanan. Yakni dalam rangka pengendalian dan pencegahan karhutla. Dalam kolaborasi semua pihak dan dukungan yang baik, hotspot turun cukup tajam dalam dua tahun ini. Dan tingkat kebasahan gambut tinggi,” katanya.
Sumsel dan Jambi, merupakan provinsi dengan kawasan luasan gambut yang cukup sifnifikan, sehingga upaya mendorong peningkatan kebasahan gambut jadi strategis yang sangat penting dalam meminimalisir karhutla.
(END)